Tuesday, February 24, 2009

Thomas Mun (1571 – 1641)

Menyambung tulisan atau artikel atau postingan dulu mengenai ekonomi kontemporer, pada tulisan ini dan selanjutnya mengenai ekonomi saya akan membahas beberapa tokoh, biografinya dan juga pemikiran-pemikiran yang mereka sumbangkan terhadap kemajuan ilmu ekonomi ini. Tujuannya agar runtut dan juga kita bisa lebih menghargai pemikiran-pemikiran yang mereka sumbangkan bagi ilmu ekonomi yang ada sekarang ini. Saya mengambil referensi dari buku yang berjudul Fifty Major Economist karangan Steven Pressman. Saya mengurutkan tokoh-tokoh atau para pemikir ini berdasarkan pada zamannya atau tahun dimana dia mengeluarkan statement-nya dan tahun hidupnya. Nah pada kesempatan pertama ini saya coba mulai dari Thomas Mun (1571 - 1641) terlebih dahulu.
Thomas Mun adalah anggota kelompok ekonomi pedagang Inggris, (abad ke-17) lebih dikenal sebagai kaum “Merkantilis” yang paling terkenal dan paling di hormati. Kelompok ini menyarankan agar inggris menggunakan surplus perdagangan untuk memakmurkan negara secara ekonomi. Seperti yang dikemukakan Mun ([1664] 1954, hlm. 125).

“Cara-cara yang wajar... untuk meningkatkan kemakmuran dan kekayaan kita adalah dengan perdagangan luar negeri, dimana kita harus memperhatikan aturan berikut ini: menjual lebih banyak kepada pihak asing daripada konsumsi kita terhadap barang mereka ... Bagian dari persediaan kita yang tidak kembali ke gudang kita harus selalu dibawa pulang dalam bentuk kekayaan.”
Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Mun. Kakeknya bekerja di tempat percetakan uang Kerajaan; Ayahnya adalah pedagang tekstil. Ia kemudian terlibat dalam East India Company (Perusahaan Hindia Timur), sebuah perusahaan gabungan milik Inggris yang berdagang terutama di Timur jauh. Pada tahun 1615 Mun terpilih sebagai Direktur perusahaan tersebut dan menjabat sampai ia meninggal. Mun menulis dua risalah ekonomi.
Karya pertamanya (Mun, 1621) mempertahankan Perusahaan Hindia Timur dari kritik yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut mengekspor emas dan perak ke Timur (ditukar dengan rempah-rempah), dan hilangnya logam-logam mulia ini telah membuat perekonomian Inggris merosot. Orientasi dari karya A Discourse of Trade tidaklah terlalu merkantilis. Ketimbang mendukung surplus perdagangan dan akumulasi emas, Mun justru mengajukan semua argumen yang ia pikir bisa mendukung perusahaan tersebut.
Ia menyatakan bahwa negara akan menjadi makmur dengan cara yang sama seperti yang ditempuh oleh sebuah keluarga—dengan penghematan dan menyimpan uang lebih banyak ketimbang yang mereka keluarkan. Demikian juga, negara dan keluarga akan miskin jika terlalu banyak menghamburkan uang. Mun beralasan, sepanjang perusahaan Hindia Timur menghasilkan uang, perusahaan ini tidak akan membuat Inggris bertambah miskin. Mun juga berpendapat bahwa makanan, pakaian dan mesiu adalah kebutuhan pokok, sehingga mengimpor barang-barang ini akan meningkatkan kemakmuran Inggris. Dipihak lain, mengimpor barang-barang mewah sangat membahayakan negara. Tetapi menurut dia tidak semua barang mewah itu membahayakan; beberapa barang impor dikembangkan oleh Inggris dan kemudian di ekspor kembali, dengan demikian menghasilkan pemasukan logam mulia ke Inggris. Selain itu, Ia juga menyatakan bahwa barang-barang yang di impor oleh perusahaannya pada umumnya adalah barang-barang yang dibutuhkan oleh eksportir Inggris.
Jika risalah Discourse ini merupakan pembelaannya terhadap Perusahaan Hindia Timur, maka buku keduanya, yang diterbitkan sesudah ia meninggal (1664), membuat Mun menjadi pemikir ekonomi awal yang penting. Yang paling berharga dari karyanya ini, England’s Treasure by Foreign Trade, adalah perspektifnya yang lebih luas. Mun tidak lagi membela perusahaannya, tetapi ia lebih banyak mengadopsi sudut pandang bangsa secara keseluruhan. Ia menyatakan bahwa perdagangan luar negeri akan memperkaya negara jika perdagangan ini menghasilkan surplus. Mun juga meneliti faktor-faktor yang menyebabkan suatu negara mendapatkan surplus perdagangan. Terakhir Mun mengajukan serangkaian proposal yang dapat diimplementasikan oleh para pemimpin Inggris jika mereka ingin mengingatkan posisi perdagangan nasional.
Disamping menjelaskan manfaat dari surplus perdagangan Mun juga menjelaskan apa yang dapat dilakukan untuk mendorong surplus tersebut. Pertama adalah dengan kebijakan harga. Mun menginginkan ekspor dijual pada tingkat “harga yang terbaik”; yaitu harga yang menghasilkan pendapatan dan kekayaan yang paling banyak. Ketika Inggris memiliki monopoli atau mendekati monopoli didunia perdagangan maka barang-barangnya harus dijual dengan harga tinggi. Tetapi ketika persaingan luar negeri sangat besar, barang-barang Inggris harus ditekan serendah mungkin. Kedua, Mun menjelaskan bahwa kualitas barang yang lebih baik akan menimbulkan permintaan yang lebih besar di seluruh dunia dan juga akan menghasilkan ekspor yang lebih besar bagi Inggris. Mun meminta pemerintah untuk mengatur para pengusaha pabrik dan membentuk dewan perdagangan (yang fungsinya sama dengan Departemen Perdaganan AS sekarang). Peraturan-peraturan ini harus tegas agar Inggris dapat memproduksi barang dengan kualitas tinggi. Terakhir Mun menjelaskan bagaimana kebijakan pajak nasional dapat membantu menghasilkan surplus perdagangan. Bea ekspor harus kecil karena bea ini akan dimasukkan dalam biaya penjualan di luar negeri. Bea impor harus rendah untuk barang yang akan di ekspor kembali, dan harus tinggi pada barang-barang yang cenderung di konsumsi oleh warga Inggris.
Mun dan merkantilisme mendapat kritik tajam dari ahli-ahli ekonomi lainnya pada abad ke-18. David Hume menjelaskan bagaimana ketidak seimbangan perdagangan akan memperbaiki dirinya sendiri secara otomatis. Francois Quesnay dan Adam Smith, keduanya mengkritik tajam merkantilisme dan berpendapat bahwa pembatasan peran pemerintah dalam bisnis akan memacu produksi domestik. Terakhir, David Ricardo mendukung ajarang perdagangan bebas. Semua pandangan anti-merkantilis ini segera mendapat dukungan luas dari hampir semua ahli ekonomi. Tapi ajaran merkantilis ini bangkit pada abad dua puluh. John Maynard Keynes memuji merkantilis karena pengakuannya bahwa permintaan yang ditimbulkan dari surplus perdagangan akan menaikkan pertumbuhan ekonomi. Di Asia, jepang sendiri mengangkat semangat merkantilis dalam meningkatkan perekonomiannya.
Walaupun Mun tidak begitu dihargai oleh ekonom-ekonom di masa kini, dan meskipun Mun tidak membuat sebuah penemuan terobosan, ia telah meningglkan tanda dalam sejarah ekonomi. Gagasan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah seharusnya menciptakan surplus perdagangan, dan gagasan bahwa cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah melalui pertumbuhan ekspor, merupakan kontribusinya yang abadi.
Indonesia sendiri seharusnya menerapkan surplus perdagangan, karena sampai saat ini Indonesia mengalami defisit perdagangan. Oleh karena itu campur tangan pemerintah dalam hal mengeluarkan kebijakan harus bisa mendukung para pengusaha Indonesia untuk bisa mengekspor hasil produksinya. Karena dengan hal tersebut banyak sekali keuntungan yang akan di hasilkan, diantaranya adalah daya beli yang tinggi di negara luar, pendapatan yang lebih besar, mengurangi pengangguran, mengurangi urbanisasi, pendapatan meningkat, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara. Oleh karena itu, mungkin hal ini lah (dalam jangka pendek) yang akan bisa mengatasi Indonesia dari keterpurukan.

Karya-karya Mun
A Discourse of Trade from England unto the East Indies (1621) dalam Early English Tracts on Commerce, John R. McCulloch, Cambridge, Cambridge University Press, 1954.
England’s Treasure by Foreign Trade (1664) dalam Early English Tracts on Commerce, John R. McCulloch, Cambridge, Cambridge University Press, 1954.

Karya-karya Tentang Mun
Buck, Philip W, The Policies of Mercantilism, New York, Octagon Books, 1964.
Johnson, E.A.J., Predecessors of Adam Smith: The Growth of British Economic Trought, New York, August M. Kelley, 1965.
Magnusson,Lars, Mercantilism: The Shaping of an Economic Language, New York and London, Routledge, 1994.

Referensi Lain
Johnson, Chalmers, MITI and the Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy, Stanford University Press, 1982.
Keynes, John Maynard, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936), New York, Harcourt Brace & World, 1964.


No comments:

Post a Comment