Friday, October 29, 2010

Six Sigma

balik lagi ngeblog ah hehehe.... dah lama banget nih ga pernah di update blog ini, terima kasih buat temen2 semuanya yang masih sering mengunjungi blog saya walaupun saya sendiri jarang update. mudah2an ke depannya bisa update lagi secara terus-menerus seperti dulu lagi hehe..kali ini saya akan coba menulis tentang six sigma, tapi karena saya juga masih rada-rada awam jadi saya tulis dari berbagai sumber juga (tapi saya cantumkan ko sumber2nya hehe). ok ga usah banyak cincong deh, langsung aja yah..

Untuk bisa sampai pada pengertian Six Sigma, kita perlu melihat sedikit sejarah mengenai Six Sigma itu sendiri. Six Sigma dimulai oleh Motorola pada tahun 1980-an yang di motori oleh salah seorang engineer disana yang bernama Bill Smith dan dukungan penuh CEO nya Bob Galvin. Motorola menggunakan statistics tools diramu dengan ilmu manajemen menggunakan financial metrics (yaitu Return On Invesment, ROI) sebagai salah satu alat ukur dari quality improvement process. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder yang lebih lanjut membuat metode ini mendapat sambutan luas dari petinggi Motorola dan perusahaan lain (www.isixsigma.com).


D. Manggala (2005 : 6) memberikan definisi Six Sigma sebagai berikut :
Six Sigma merupakan metodologi yang terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk atau jasa yang di luar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif.

www.isixsigma.com (2010) memberikan definisi Six Sigma secara harafiah sebagai berikut :
Six Sigma (6σ) adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defect oportunity) sebanyak 3,4 buah dalam satu juta produk atau jasa. Jadi intinya di banyak organisasi diartikan sebagai pengukuran kualitas yang mendekati kesempurnaan atau hampir bebas cacat.

Sementara Clyde Creveling, Lynne Humbleton, dan Burke McCharty (2006 : 8) mengatakan : “Technically, Six Sigma is described as a data-driven approach to reduce defects in a process or cut costs in a process or product, as measured by "six standard deviations" between the mean and the nearest specification limit”.

Dari beberapa pengertian mengenai Six Sigma diatas, secara statistik Six Sigma digunakan untuk menggambarkan variabilitas, atau standar deviasi, seperti cacat per unit. Gambar 2.1 menunjukkan distribusi populasi normal, dengan mean (µ) di tengah-tengah dan titik data pada kurva yang menunjukkan standar deviasi (σ) di sebelah kanan dan kiri dari mean.




Tujuan dari Six Sigma kualitas adalah untuk mengurangi variasi proses output secara jangka panjang, yang merupakan agregat pengalaman dengan proses perusahaan dari waktu ke waktu, ini yang akan menghasilkan bagian tidak lebih dari 3,4 cacat per milion peluang. Untuk proses hanya satu batas spesifikasi (atas atau bawah), hasil ini dalam enam proses standar deviasi antara mean dari proses dan batas spesifikasi pelanggan (karena itu, 6 sigma). Untuk proses dua batas spesifikasi (Hulu dan Hilir), ini diterjemahkan menjadi sedikit lebih dari enam proses standar deviasi antara mean dan setiap batas spesifikasi sehingga tingkat kecacatan sesuai dengan total setara dengan enam proses standar deviasi.

KOMPONEN UTAMA SIX SIGMA

Menurut Peter Pande, dkk, dalam bukunya The Six Sigma Way : Team Fieldbook, ada 6 komponen utama konsep Six Sigma sebagai strategi bisnis :
1. Benar-benar mengutamakan pelanggan : seperti kita sadari bersama, pelanggan bukan hanya berarti pembeli, tapi bisa juga berarti rekan kerja kita, team yang menerima hasil kerja kita, pemerintah, masyarakat umum pengguna jasa, dll.
2. Manajemen yang berdasarkan data dan fakta : bukan berdasarkan opini, atau pendapat tanpa dasar.
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan : Six Sigma sangat tergantung kemampuan kita mengerti proses yang dipadu dengan manajemen yang bagus untuk melakukan perbaikan.
4. Manajemen yang proaktif : peran pemimpin dan manajer sangat penting dalam mengarahkan keberhasilan dalam melakukan perubahan.
5. Kolaborasi tanpa batas : kerja sama antar tim yang harus mulus.
6. Selalu mengejar kesempurnaan.


FONDASI SIX SIGMA

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Six Sigma adalah suatu metoda yang sangat tersetruktur. Struktur dari Six Sigma sendiri terdiri dari lima tahapan yang singkat yang sering disebut DMAIC atau Define, Measure, Analyze, Improve, Control. Selain itu, implementasi Six Sigma ditentukan oleh kehadiran seorang (atau lebih) fasilitator yang memahami manajemen dan penggunaan statistik; fasilitator ini disebut dengan Black Belt. Namun yang terpenting dari semua itu adalah team pelaksana, yang terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai tim/departemen yang saling terkait atau cross-functional team (D. Manggala, 2005 : 9).

Setiap tahapan mempunyai bagian-bagian yang mesti dilaksanakan ataupun mempunyai jenis-jenis konsep statistik yang bisa dipakai, walaupun sebenarnya untuk penggunaan statistik bisa cukup fleksibel, berikut adalah tahapan-tahapan tersebut (D. Manggala, 2005 : 10) :
1. Define : pada tahap ini team pelaksana mengidentifikasikan permasalahan, mendefinisikan spesifikasi pelanggan, dan menentukan tujuan (pengurangan cacat, biaya dan target waktu) serta skala prioritasnya.
2. Measure : tahapan ini adalah untuk memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisis permasalahan dari data yang ada termasuk pengukuran dan analisis kapabilitas proses.
3. Analyze : menentukan faktor-faktor yang yang paling mempengaruhi proses; artinya mencari satu atau dua faktor yang apabila hal tersebut diperbaiki akan memperbaiki proses kita secara dramatis. Hal ini bisa dilakukan dengan menganalisis ukuran performansi perusahaan serta mengidentifikasi sumber dan akar penyebab masalah kualitas proses.
4. Improve : pada tahap ini di diskusikan ide-ide untuk memperbaiki sistem berdasarkan hasil analisa terdahulu, melakukan percobaan untuk melihat hasilnya, apabila sudah sesuai atau baik maka di teruskan untuk membuat standarprosedur bakunya (standard operating procedure- SOP). Secara umum tahapannya adalah dimulai dari merencanakan perbaikan kualitas, mendesain faktor dan level, percobaan dengan metode Taguchi, dan pemilihan level terbaik dari proses.
5. Control : pada tahapan ini harus di buat perencanaan dan desain pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari perbaikan team bisa berkesinambungan. Pada tahap ini biasanya dibuat metrics untuk selalu di monitor dan di koreksi bila sudah mulai menurun ataupun untuk melakukan perbaikan lagi.

Segitu aja dulu yah, terima kasih banyak kepada D. Manggala atas ebook nya yang telah banyak menginspirasi penulisan ini dan juga para senior-senior di bidang six sigma. ke depannya saya akan menulis bagaimana Six Sigma ini di terapkan pada bidang pemasaran. Mudah-mudahan bisa cepet di selesaikan penulisannya.